Selasa, 03 Februari 2009

macam macam topologi jaringan komputer

. Selasa, 03 Februari 2009
2 omelan


Jaringan komputer adalah gabungan / kumpulan dari beberapa komputer yang saling berhubungan saling berhubungan satu sama lain.

Jaringan komputer adalah rangkaian komputer yang t
ersusun secara seri yang dapat melakukan pertukaran data maupun informasi.

Dalam jaringan dikenal yang namanya TOPOLOGI jaringan. Topolo
gi jaringan merupakan rangkaian beberapa komputer yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun jenis-jenis topologi jaringan adalah se bagai berikut :

1. Topologi Bus

Pada topologi ini komputer server dan w
orkstation dihubungkan secara berantai melalui kabel tunggal. Topologi ini mudah dikembangkan dan sederhana, namun bila salah satu workstation mengalami permasalahan maka yang lain akan terpengaruh. Berikut gambar topoogi bus.











2. Topologi Ring (Cincin)

Topologi ini mirip dengan topologi bus, bedanya topologi ring ujungnya saling berhubungan s
eolah membentuk lingkaran cincin. Pada topologi ini data mengalir searah, artinya seluruh komputer dalam jaringan akan ikut ambil bagian dalam mengolah informasi yang lewat, sehingga bila salah satu rusak maka akan berpengaruh terhadap keselur

uhan jaringan. Berikut gambar topologi ring.



















3. Topologi Star (Bintang)

Dalam topologi ini, setiap komputer dihubungkan secara langsung melalui media perantara berupa hub/switch. Dalam praktiknya, pembangunan sebuah jaringan biasanya tidak menggunakan satu topologi saja, melainkan gabungan dari beberapa topologi yang ada. Berikut gambar topologi star (Bintang).



Sebenarnya topologi jaringan bukan hanya 3 contoh diatas, akan tetapi ada banyak topologi jaringan. Namun yang paling sering di jumpai dalam praktik adalah ketiga contoh topologi diatas.





















4. Topologi Mesh


hubungan antar perangkat dimana s
etiap perangkat terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di dalam jaringan. Akibatnya, dalam topologi mesh setiap perangkat dapat berkomunikasi langsung dengan perangkat yang dituju (dedicated links). Dengan demikian maksimal banyaknya koneksi antar perangkat pada jaringan bertopologi mesh ini dapat dihitung yaitu sebanyak n(n-1)/2. Selain itu karena setiap perangkat dapat terhubung dengan perangkat lainnya yang ada di dalam jaringan maka setiap perangkat harus memiliki sebanyak n-1 Port Input/Output (I/O ports).

Berdasarkan pemahaman di atas, dapat dicontohkan bahwa apabila sebanyak 5 (lima) komputer akan dihubungk
an dalam bentuk topologi mesh maka agar seluruh koneksi antar komputer dapat berfungsi optimal, diperlukan kabel koneksi sebanyak 5(5-1)/2 = 10 kabel koneksi, dan masing-masing komputer harus memiliki port I/O sebanyak 5-1 = 4 port (lihat gambar).

Dengan bentuk hubungan seperti itu, topologi mesh memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

* Hubungan dedicated links menjamin data langs
ung dikirimkan ke komputer tujuan tanpa harus melalui komputer lainnya sehingga dapat lebih cepat karena satu link digunakan khusus untuk berkomunikasi dengan komputer yang dituju saja (tidak digunakan secara beramai-ramai/sharing).
* Memiliki sifat Robust, yaitu Apabila terjadi gangguan pada koneksi komputer A dengan komputer B karena rusaknya kabel koneksi (links) antara A dan B, maka gangguan tersebut tidak akan mempengaruhi koneksi komputer A dengan komputer lainnya.
* Privacy dan security
pada topologi mesh lebih terjamin, karena komunikasi yang terjadi antara dua komputer tidak akan dapat diakses oleh komputer lainnya.
* Memudahkan proses identifikasi permasalahan pada saat terjadi kerusakan koneksi antar komputer.

Meskipun demikian, topologi mesh bukannya tanpa kekurangan. Beberapa kekurangan yang dapat dicatat yaitu:

* Membutuhkan banyak kabel dan Port I/O. semakin banyak komputer di dalam topologi mesh maka diperlukan semakin banyak kabel links da
n port I/O (lihat rumus penghitungan kebutuhan kabel dan Port).
* Hal tersebut sekaligus juga mengindikasikan bahwa topologi jenis ini membutuhkan biaya yang relatif mahal.
* Karena setiap komputer harus terkoneksi secara langsung dengan komputer lainnya maka instalasi dan konfigurasi menjadi lebih sulit.
* Banyaknya kabel yang digunakan juga mengisyaratkan perlunya space yang memungkinkan di dalam ruangan te
mpat komputer-komputer tersebut berada.


Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya, topologi mesh biasanya diimplementasikan pada komputer-komputer utama dimana masing-masing komputer utama tersebut membentuk jaringan tersendiri dengan topologi yang berbeda (hybrid network).



















5. Topologi Tree
Topologi Tree pada dasarnya merupakan bentuk yang lebih luas dari topologi star. Seperti halnya topologi star, perangkat (node, device) yang ada pada topologi tree juga terhubung kepada sebuah pusat pengendali (central HUB) yang berfungsi mengatur traffic di dalam jaringan. Meskipun demikian, tidak semua perangkat pada topologi tree terhubung secara langsung ke central HUB. Sebagian perangkat memang terhubung secara langsung ke central HUB, tetapi sebagian lainnya terhubung melalui secondary HUB (lihat gambar).
Pada topologi tree terdapat dua atau lebih HUB yan
g digunakan untuk menghubungkan setiap perangkat ke dalam jaringan. Keseluruhan HUB tersebut berdasarkan fungsinya terbagi menjadi dua bagian yaitu Active HUB dan Passive HUB
Active HUB berfungsi tidak hanya sekedar sebagai penerus sinyal data dari satu komputer ke komputer lainnya, tetapi juga memiliki fungsi sebagai Repeater. Sinyal data yang dikirimkan dari satu komputer ke komputer lainnya memiliki keterbatasan dalam hal jarak, setelah berjalan sekian meter maka sinyal tersebut akan melemah. Dengan adanya fungsi Repeater ini maka sinyal data tersebut akan di-generate kembali sebelum kemudian diteruskan ke komputer yang dituju, sehingga jarak tempuh sinyal data pun bisa menjadi lebih jauh dari yang biasanya. Sedangkan Passive HUB hanya berfungsi sebagai penerus sinyal data dari satu komputer ke komputer lainnya.
Pada topologi tree, seperti pada gambar, Central HUB adalah selalu sebagai Active HUB sedangkan Secondary HUB adalah Passive HUB. Tetapi pada pelaksanaannya, Secondary HUB bisa juga sebagai Active HUB apabila digunakan untuk menguatkan kembali sinyal data melalui secondary HUB lainnya yang terhubung.
Karena pada dasarnya topologi ini mer
upakan bentuk yang lebih luas dari topologi star, maka kelebihan dan kekurangannya pada topologi star juga dimiliki oleh topologi tree. Perbedaannya adalah HUB dan kabel yang digunakan menjadi lebih banyak sehingga diperlukan perencanaan yang matang dalam pengaturannya dengan mempertimbangkan segala hal yang terkait, termasuk di dalamnya adalah tata letak ruangan. Meskipun demikian, topologi ini memiliki keunggulan lebih mampu menjangkau jarak yang lebih jauh dengan mengaktifkan fungsi Repeater yang dimiliki oleh HUB.


Klik disini untuk melanjutkan »»

jaringan komputer di bandung

.
0 omelan

Jaringan computer pra-internet di Bandung dimulai dari salah satu lembaga pendidikan besar di Bandung, ITB. Ketika itu sejumlah mahasiswa yang memiliki hobby elektronika, khususnya di bidang computer dan radio amatir memiliki ide untuk menghubungkan computer local antar jurusan. Ide ini banyak juga dipengaruhi oleh sejumlah akademisi ITB yang kembali setelah menyelesaikan studinya di luar negeri, dan mereka sangat mengharapkan adanya sambungan internet, minimal di lingkungan kampus ITB. Ketika itu satu-satunya sambungan internet yang bisa dilakukan adalah melalui UI, dengan biaya yang mahal karena menggunakan sistem dial up / via line telepon dengan sambungan interlokal. Sementara jaringan/network sambungan antar computer di lingkungan ITB sendiri belum terbentuk. Satu-satunya jaringan / network yang ada adalah di PIKSI (Pusat Ilmu Komputer Seluruh Indonesia) ITB.

Akhirnya, pada tahun tahun baru 1993, seorang anggota Amateur Radio Club (ARC) ITB, Suryono Adisoemarta kembali dari Texas, Amerika Serikat, setelah menyelesaikan studi S2-nya. Bersama-sama dengan beberapa anggota ARC ITB, antara lain Basuki Suhardiman, Aulia K. Arief, Arman Hazairin dan didukung oleh Adi Indrayanto, mereka mencoba mengembangkan gateway packet radio di ITB, dan akhirnya mereka berhasil membuat jaringan sambungan internet dengan menggunakan Radio Paket ke IPTEKNET melalui LAPAN, dengan menggunakan modem Terminal Node Control (TNC) pinjaman dari Muhammad Ichsan, alumnus ITB yang bekerja di LAPAN. Pemilihan teknologi radio paket ini dengan pertimbangan bahwa menggunakan gelombang radio jauh lebih murah dibandingkan menggunakan dial up dengan sambungan interlokal; walaupun kecepatan / speed sambungannya lambat sekali.

Akhir tahun 1993, Onno W. Purbo kembali setelah menyelesaikan studi Ph.D.nya di Canada. Ia membawa banyak pengetahuan, antara lain tentang dasar-dasar pengembangan jaringan computer dan teknologi paket radio. Kemudian bersama sejumlah anggota ARC ITB, Ia mendirikan hobby group baru yang kegiatannya difokuskan pada riset dan pengembangan jaringan computer dan upaya untuk membuat sambungan ke jaringan internet global. Group ini kemudian dikenal dengan Computer Network Research Group (CNRG).

Dengan bantuan Onno W. Purbo, ide untuk membuat jaringan computer local ITB mulai diwujudkan. Dengan menggunakan paket radio, jaringan dimulai dengan menghubungkan computer antar Himpunan mahasiswa di ITB. Pengetahuan mengenai adanya jaringan computer / computer network ini cepat menyebar karena anggota-anggota CNRG terdiri dari akademisi yang berasal dari berbagai jurusan, sehingga semakin banyak Himpunan yang kemudian ikut bergabung dengan jaringan tersebut.

Kemudian pada pertengahan 1994, setelah melalui proposal serta sejumlah pembicaraan, CNRG memperoleh bantuan sambungan internet melalui Leased Line dari Telkom, melalui direktur RisTi Telkom, Suryatin Setiawan, yang juga merupakan alumnus Teknik Elektro ITB. (Lim, 2005). Speed / kecepatan sambungan leased line seharusnya 64Kbps, namun saat itu speed yang didapat hanya 28.8 Kbps; masih tetap lambat, namun sedikit lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan radio. Sambungan dengan leased line ini sangat membantu perkembangan jaringan local ITB. Ketika jaringan semakin padat/crowded, mulai dipikirkan cara lain untuk membangun sambungan. Akhirnya dipilih sambungan dengan kabel, yang kemudian dikenal sebagai Yellow Cable Network, menyambungkan lebih banyak jurusan dan himpunan mahasiswa di ITB. Albarda, salah seorang staf pengajar Jurusan Teknik Elektro (Dept. of Electronics Engineering) memprakarsai penginstalasian jaringan ‘Kabel Kuning’ tersebut dengan ijin dan pendanaan dari Ketua Jurusan Teknik Elektro.

“…Karena udah mulai bisa pakai internet, pake web browsing. Oh udah, yang lain2 ikut! “Gimana caranya?”…Ya itu awalnya, gotong royong…Kamu punya apa, punya apa, ya sama2 ngejalanin. ... Jadi memang disitu akan terjadi perubahan budaya juga, karena kita apa ya, meminta, bukan meminta, ya, me...me-anukan orang, apa ya, mengajak orang, tapi juga “’Nih, punyamu ini! Ini punya kalian ini, barangnya barang kalian tapi barang kalian ini juga harus bisa dilewatin orang lain ini. Bolehlah orang lain ikut juga!” Jadi gotong royong, sambung-menyambung gitu. Nah, mulai dari situ berkembang…” (Basuki Suhardiman; Interview DR. Joshua Barker 4 Juli 2005)

Selain mengembangkan Local Area Network ini, CNRG juga banyak membantu para anggotanya dalam mengembangkan kemampuan teknis seputar aplikasi dan pengetahuan teknis komputer. Ketika jaringan lokal ITB berkembang ke Himpunan Mahasiswa, sejumlah user/pengguna jaringan secara tidak langsung mendapatkan masukan teknis dan aplikasi komputer; dan hal ini tidak terbatas pada user laki-laki (tanpa bermaksud berbicara gender disini). Pernah ada seorang mahasiswi yang menggunakan jaringan untuk chatting dengan rekannya melalui IRC, kemudian tiba-tiba sambungan putus karena urusan teknis: ada salah satu kabel (komponen?) yang putus. Ketika mahasiswi tersebut complaint (mengeluh) karena keasyikannya chatting terganggu, seseorang (yang kelihatannya anggota CNRG) kemudian menyuruhnya untuk memperbaiki sendiri kabel/komponen yang putus.

"Kau jangan protes-protes! Hayo sini, bawa. Kau lihat ini putus kan?! Kau bor ini, caranya gini, nah sekarang kamu nyolder!" Ketika si user mahasiswi terlihat keberatan melakukannya, "Ngga? Kamu mau chatting ngga?!" sehingga akhirnya mahasiswi tersebut terpaksa melakukannya juga. Dari sana ia sedikit banyak belajar mengenai teknis komputer, sehingga berikutnya ketika ada kesulitan semacam itu, ia bahkan turun tangan membereskannya, dan kecakapannya menjadi tidak kalah dengan mahasiswa/laki-laki.

Kemudian ketika itu anggota CNRG memang didominasi mahasiswa ataupun tenaga akademis dari jurusan Elektro, namun ketika kemudian sejumlah orang dari jurusan Informatika ikut bergabung, kadang terjadi friksi/pertentangan pemikiran dalam pengembangan jaringan ataupun programming. Namun para senior CNRG kemudian mempergunakan perbedaan tersebut dengan memfokuskan kerja seorang anggotanya untuk kasus/jenis pekerjaan tertentu. Misalnya seorang anggota memiliki kemampuan lebih dalam hal programming, maka orang tersebut akan lebih banyak diberi tugas yang berhubungan dengan programming, dengan tetap memberi kebebasan untuk mengeksplorasi kemampuan teknisnya dalam hal-hal yang lain.
Para senior CNRG kala itu memang tidak mengindahkan gender maupun dasar keahlian (dilihat dari jurusan mana orang yang bersangkutan berasal) dalam mengembangkan kecakapan teknis, karena keinginan para senior di CNRG untuk tidak membatasi transfer ilmu pada kalangan manapun yang ikut terlibat dalam pengembangan pengetahuan dan kecakapan komputer dan jaringan / network. Justru latar belakang yang berbeda tersebut yang sedikit banyak membantu dalam pengembangan Local Area Networking di kampus ITB.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 
My blog is proudly powered by Kanjeng Raden Mas Gaara | Template by Danilla Gaara